SPEKTAKULER Indonesian Idol pekan kelima memberi kesegaran tersendiri dengan tema "The Power of Love"IN.
Tapi sebelum yang indah-indah, penampilan awal terasa dingin. Yoda bernyanyi tanpa feel yang pas dan terasa terbebani dengan penampilannya. Sepertinya dia lepas tujuan lagu dan untungnya penjurian kali ini lebih adil.
Yoda yang tampil terlalu memaksakan diri untuk selalu menjadi rocker di lagu manis untuk KLA Project, mendapat koreksi sana sini. Sandy, setuju banget dengan Melly Goeslow. Sandy sekadar menyanyi dan menyelesaikan tugasnya. Tak banyak kejutan dan tak banyak atraksi vokal.
Febri memulai kompetisi yang sesungguhnya, tampak enjoy dan percaya dii. Febri benar-benar memberi sesuatu yang baik dan menarik. Pilihan lagu yang bagus ini membuat Febri layak ditunggu pekan-pekan berikutnya. Dan semoga Indonesia pintar memilih kontestan.
Pilihan lagu Febri sungguh pas dan memikat. Dion sudah punya penggemar tersendiri. Ia bukan cuma
membuktikan dirinya punya bakat jadi bintang, dia kembali “bermain-main” di panggung dan menjadi penononton “Sahabat”. Kalau pekan ini tema soal mental banyak dikedepankan.
Apa yang dilakukan Dion di atas panggung benar-benar sebuah pertunjukan mental yang luar biasa. Mental yang baik membuat dia mengeluarkan seluruh kemampuannya. Lagu Cinta milik D’Bagindas menjadi terdengar sophisticated dan mengangkat mood penonton.
Putaran kedua spektakuler 5 dimulai dengan penampilan lemah Dera. Maaf, sudah saatnya Dera mencari sesuatu yang membuat dia lebih baik. Polos bukan berarti tak berteknik. Bolehlah dia mengandalkan vibra uniknya. Tapi sepanjang sejarah ajang ini penyanyi semuda Dera banyak. Banyak penyanyi muda yang bagus dan mampu mencoba sesuatu yang baru.
Seharusnya juri memberi komentar sama seperti Yoda. Bahwa ini kompetisi, bukan ajang yang melombakan ciri khas. Kompetisi semakin keras, sudah seharusnya Dera seharusnya semakin maksimal. Dan untungnya Sean yang lebih muda dari Dera mampu memberi penampilan yang lagi-lagi membuatnya berada sekelas di atas beberapa kontestan. Lagu “Stand For Love” Destiny’s Child yang megah mampu dilantunkan dengan mulus.
Sean memperlihatkan kematangan, elegan, dan meliuk-liuk dengan nyaman di nada-nada sulit. Fyi, meski sudah beberapa tahun mengamati, penulis tidak bosan-bosannya bilang. Yang membuat Indonesian Idol punya tingkat kesulitan tinggi, lagu-lagunya di aransemen khusus, dan dibawakan dalam waktu sekitar 2 menit. Sungguh waktu yang sempit untuk membuat klimaks sebuah lagu.
Rosa terlalu yang penulis anggap terlalu ambisius dalam memilih lagu. Ternyata bisa menaklukan “Ternyata Cinta” nya Anji. Meski terdengar lebih rendah dari nada aslinya. Tapi Rosa mampu menyiasati mengatasi nada-nada tinggi yang jadi kelemahannya dengan dinamika yang baik. Regina menutup malam itu dengan suara berpower. Meski penampilannya baik, pecinta setia Regina pasti merindukannya penampilan bak diva dengan lagu milik diva.
Tapi benar, Indonesia tahun ini diberi kesempatan untuk mengapresiasi penampil dengan keunggulan vokal yang khas seperti Dion, Febri, Sean, dan Regina.
(hari/ade)
sambung baca: http://www.tabloidbintang.com/
Terima kasih/kredit kepada/sumber: http://www.tabloidbintang.com/
0 comments:
Post a Comment